Minggu, 23 Agustus 2009

Energi Tarian Gelombang Laut


Buoy menjadi salah satu alat pemanen energi gelombang laut.
PENELITI Universitas Oregon memublika¬sikan temuan teknolo¬gi terbarunya yang diberi nama Perma¬nent Magnet Linear Buoy. Diberi nama buoy karena memang pada prinsip dasarnya, teknologi ter¬baru tersebut dipasang untuk memanfaatkan gelombang laut di permukaan. Berbeda dengan buoy yang digunakan untuk mendeteksi gelombang laut yang menyimpan potensi tsunami.

Peneliti Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy penghasil lis¬trik tersebut yaitu dengan menga¬pungkannya di permukaan. Ge¬lombang laut yang terus meng¬alun dan berirama bolak-balik da¬lam buoy ini akan diubah menja¬di gerakan harmonis listrik.

Sekilas bila dilihat dari ben¬tuknya, buoy ini mirip dengan dlinamo sepeda. Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil lis¬trik pada bagian dalamnya. Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi sebagian tenggelam dan sebagian lagi mengapung.

Kunciya, terdapat pada pe¬rangkat elektrik yang berupa koil (kumparan yang mengelilingi batang magnet di dalam buoy). Saat ombak mencapai pelam¬pung, maka pelampung akan bergerak naik dan turun secara relatif terhadap batang magnet sehingga bisa menimbukan beda potensial dan listrik dibangkit¬kan. “Tentu saja agar dapat ber¬gerak koil tersebut ditempelkan pada pelampung yang dikaitkan ke dasar laut,” kata Annette von Jouanne, teknisi dari Oregon State University (OSU).

Jouanne menuturkan dalam percobaan sistem ini diletakkan kurang lebih satu atau dua mil laut dari pantai. Kondisi ombak yang cukup kuat dan mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan menghasilkan listrik dengan tegangan yang lebih ting¬gi. Berdasarkan hasil penelitian Universitas Oregon, setiap pe¬lampung mampu menghasilkan daya sebesar 250 kilowatt.

“Ada beberapa pilihan untuk menghasilkan daya tersebut,” ujar Jouanne. Penjelasan di atas menggunakan teknik koil yang bergerak naik turun, tetapi bisa juga dengan teknik batang mag¬net yang bergerak naik turun. Pilihan kedua dengan menggu¬nakan pelampung, penempatan koil dan batang magnet bisa juga ditempatkan di dasar atau di permukaan laut.

Jouanne menuturkan, tekno¬logi yang ditawarkannya tersebut memiliki banyak keuntungan di¬bandingkan dengan teknologi laut. “Ketersediaan teknologi ini mencapai 90 persen dan kera¬patan energi yang dihasilkannya lebih tinggi,” katanya. Mesin sen¬diri juga dapat dirakit dan digu¬nakan dalam skala kecil maupun besar tergantung pada energi yang dibutuhkan. Potensi peng¬gunaan energi pun bisa diterap¬kan di banyak negara terutama yang memiliki kawasan pantai.

Dibandingkan dengan energi angin atau matahari, energi gelombang laut kerapatannya jauh lebih tinggi. Peneliti yang sama dari OSU, Alan Wallace menyebutkan penyediaan energi ge¬lombang ini dengan hanya 200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar seperti Portland sudah dapat memanfaatkan energinya de¬ngan sangat melimpah tanpa ha¬rus menarik bayaran.

Peneliti percaya jika hasil penelitian tersebut benar-benar dioptimalkan di sepanjang pan¬tai, seluruh energi listrik di du¬nia sudah bisa terpenuhi. “Jum¬lah ini ditaksir hanya mengambil 0,2 persen energi pantai,” kata Alan. Keyakinamiya semakin le¬bih diperkuat dengan efisiensi penghasilan energi yang tinggi dan besar, energi gelombang laut ini bisa menjadi energi utama pengganti energi sekarang.

Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang dapat memberi¬kan keuntungan di bidang ling¬kungan hidup. Energi ini lebih ramah Iingkungan, tidak menim-bulkan polusi suara, emisi C02, maupun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan ruang kepada kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu ka¬rang di sepanjang jangkar yang ditanam di dasar laut. Pada ka¬sus-kasus seperti ini biasanya le¬bih menguntungkan karena ikan dan binatang laut selalu lebih banyak berkumpul.

Penempatan buoy dengan ukuran yang tidak terlalu besar juga tidak mengganggu pelayar¬an. Rata-rata dengan besar buoy kurang dari dua meter, kapal besar atau kecil bisa melihat obyek tersebut dan dapat menghindarinya.

Masalah Listrik Gelombang Laut Masih Ada

PENELITI dari jurusan ke¬listrikan dan lampu Universitas Uppsala, Swedia, melakukan sebuah simulasi dengan hasil yang menggembirakan. Listrik permanan dengan mengguna-kan ayunan tenaga ombak yang diciptakannya berhasil menca¬pai 100 kW. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengonstruk¬sikan sampai seberapa optimal harga yang dikeluarkan untuk memproduksi listrik, biaya per¬awatan dan dampaknya ter¬hadap lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh empat orang peneliti Swe¬dia, Ivanova, 0 Agren, H. Bernhoff dan M Leijon menemukan bahwa aliran yang lambat me¬mengaruhi konversi gelombang laut menjadi energi. Dalam hal ini untuk meningkatkan peroleh¬an listrik yang diinginkan maka desain tempat kumparan harus diperbesar. Dengan semakin meningkatkan gerakan dalam mesin gearbox (tempat kumpar¬an) nilal fluk (medan magnet) dapat lebih besar sehingga kon¬versi energinya bisa lebih besar.

“Penelitian masih harus dilanjutkan,” kata Bernhoff. Dari sisi kajian bentuk, tim Swedia masih belum mempre¬diksi apakah bentuk geometri gearbox yang oktagonal lebih baik dari yang berbentuk segi empat atau segi enam. “Piston dalam mesin ini sangat menarik karena bisa mempengaruhi penghasilan listrik dan efisien¬si yang diperlukan alat dalam produksi listrik,” tambahnya.

Dalam teori, banyak yang mengetahui energi gelombang di laut dapat digunakan sebagal pemicu perubahan fluk di gear¬box. Dari perubahan fluk tersebut gelombang diubah menjadi energi listrik dan kemudian dlimanfaatkan masyarakat.

Hal yang menjadi masalah adalah terdapat nilal kritis ke¬tika udara berada dalam pemampatan buoy. Bernhoff me¬nyebutkan jika pada kondisi gerakan piston karena goyang-an gelombang secara terus menerus memompa, akan terjadi pengurangan tenaga. Namun jika udara dikurangi maka akan terjadi efek torsi (gesekan) yang meningkat.

Kedua, dalam pengamatan yang dilakukan oleh tim, per¬masalahan keluaran listrik AC dari generator model buoy ter¬sebut tidaklah sehalus dan sebaik listrik yang dihasilkan ge¬nerator pada umumnya. Menurut peneliti bahwa sangat kecil kemungkinan untuk mengha¬silkan gelombang listrik yang konstan dari gelombang air laut, namun dengan cara peng¬gabungan keluaran generator lain hal tersebut bisa saja diku¬rangi. (JURNAL NASIONAL, 27 September 2007/ humasristek)

Sumber: http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=2232

Rabu, 30 Juli 2008